P2P merupakan singkatan dari
Peer-to-Peer (bahasa
Inggris) atau teknologi dari “ujung” ke “ujung” pertama kali di
luncurkan dan dipopulerkan oleh aplikasi-aplikasi “berbagi-berkas” (
file sharing)
seperti Napster dan KaZaA. Pada konteks ini teknologi P2P memungkinkan
para pengguna untuk berbagi, mencari dan mengunduh berkas. .
Sistem P2P yang sebenarnya adalah suatu sistem yang tidak hanya
menghubungkan “ujung” satu dengan lainnya, namun ujung-ujung ini saling
berhubungan secara dinamis dan berpartisipasi dalam mengarahkan lalu
lintas komunikasi informasi-, pemrosesan-, dan penugasan pembagian
bandwidth yang intensif,
dimana bila sistem ini tidak ada, tugas-tugas ini biasanya diemban oleh server pusat.
Aplikasi P2P yang sebenarnya memerlukan satuan tim-tim kecil dengan
ide cemerlang untuk mengembangkan perangkat lunak dan bisnis-bisnis yang
mungkin dilakukan oleh perangkat tersebut – dan mungkin saja bisa
membuat perusahaan besar yang sudah ada gulung tikar. P2P yang
sebenarnya, bila diaplikasikan pada pasar yang sudah matang dan stabil
adalah teknologi yang "mengganggu".
Ide mengenai konsep ini muncul kira-kira pada akhir dekade 1980-an,
ketika jaringan komputer dan tentunya juga komputer telah mulai masuk ke
dalam salah satu barang wajib dalam perusahaan, baik itu perusahaan
kecil maupun besar. Tetapi, arsitektur ini berkembang dalam jaringan
yang terlalu kecil untuk memiliki sebuah server yang terdedikasi,
sehingga setiap komputer klien pun menyediakan layanan untuk berbagi
data untuk melakukan kolaborasi antara pengguna.
Jaringan
peer-to-peer pun mulai banyak digemari ketika
Microsoft merilis
sistem operasi Windows for Workgroups, meski sebelumnya sistem operasi
MS-DOS (atau IBM PC-DOS) dengan perangkat
MS-NET
(atau PC-NET) juga dapat digunakan untuk tujuan ini. Karakteristik
kunci jaringan tersebut adalah dalam jaringan ini tidak terdapat sebuah
server pusat yang mengatur klien-klien, karena memang setiap komputer
bertindak sebagai server untuk komputer klien lainnya. Sistem keamanan
yang ditawarkan oleh metode ini terbilang lebih rendah dibandingkan
dengan metode klien/server dan manajemen terhadapnya pun menjadi relatif
lebih rumit.
Konsep ini pun kemudian berevolusi pada beberapa tahun terakhir,
khususnya ketika jaringan Internet menjadi jaringan yang sangat besar.
Hal ini mulai muncul kira-kira pada akhir dekade 1990-an, di saat banyak
pengguna Internet mengunduh banyak berkas musik
mp3 dengan menggunakan metode
peer-to-peer dengan menggunakan program
Napster yang menuai kritik pedas dari industri musik, seperti halnya
Metallica
dan banyak lainnya. Napster, pada saat dituntut oleh para pekerja
industri musik, dikatakan memiliki anggota lebih dari 20 juta pengguna
di seluruh dunia. Selanjutnya beberapa aplikasi juga dibuat dengan
menggunakan konsep ini:
eDonkey,
Kazaa,
BitTorrent,
dan masih banyak lainnya. Meski banyak aplikasi peer-to-peer ini
digunakan oleh pengguna rumahan, ternyata sistem ini juga diminati oleh
banyak perusahaan juga.
Anggapan umum yang salah tentang P2P
Penggunaan istilah P2P digunakan luas dan seringkali disalah gunakan.
Perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil saling mengaku menjadi
“spesialis” dan perusahaan lainnya mencoba untuk menghasilkan uang
dengan mengaku menggunakan teknologi P2P selama perusahaannya
menggunakan komunikasi langsung antar pengguna atau antar “ujung”. Dalam
hal ini istilah P2P benar-benar disalah gunakan.
Desentralisasi jaringan
Desentralisasi jaringan P2P memiliki keuntungan yang lebih
dibandingkan dengan jaringan klien-server tradisional. Jaringan P2P
menyeimbangkan diri secara terus menerus tanpa menambah waktu pencarian
alamat panggilan dan tanpa harus menggunakan suatu sumber-sumber
terpusat. Mereka memanfaatkan mesin –mesin perangkat yang digunakan
pengguna-akhir (
end users) karena sumber-sumber ini selalu
berjalan ke arah proporsi tujuan jaringan. Setiap penambahan ujung baru
pada jaringan menambah potensi lebih pemrosesan yang lebih kuat dan
bandwith yang lebih besar untuk jaringan tersebut. Ditambah lagi, karena
sumber-sumbernya terdesentralisasi, generasi kedua (2G) dari jaringan
P2P telah berhasil secara virtual mengeliminasi seluruh biaya yang
berhubungan dengan infrastruktur terpusat yang besar.
kekurangan
Pada penerapan teknologi telephony P2P dimana Telephony berbasis
internet –VoIP (Voice over IP : suara melalui protokol internet) telah
ada selama bertahun-tahun namun tidak pernah menyentuh pasar besar
karena: • Kualitas yang buruk dari produk-produk yang jelas-jelas
menguntungkan dari segi biaya (jauh lebih hemat) dibandingkan dari
penggunaan telepon biasa. • Frekuensi keberhasilan panggilan telpon
rendah karena terhalang oleh firewall-firewall dan penggunakan NAT
(Network Address Translation) atau pencarian jaringan yang dituju,
dimana hal ini menyebabkan 50% komputer-komputer rumah gagal terhubung
dengan perangkat lunak VoIP tradisional). • Penggunaan dan pemasangan
perangkat lunak ini penuh dijejali oleh berbagai hal dan membutuhkan
konfigurasi yang tidak mudah dan sedikit kemampuan teknis. Pemusatan
aktivitas dapat menyelesaikan beberapa kesulitan ini dengan mengarahkan
panggilan melalui firewall-firewall dan NAT yang ada. Namun, bila ada
pemusatan maka biaya untuk menjalankan jaringan menjadi naik mendekati
jumlah biaya yang dikenakan jaringan telpon yang sudah ada. Sebagai
tambahan, biaya ini bertambah secara proporsional sebanding dengan
bertambahnya pengguna. Dampaknya perusahaan-perusahaan yang
mengoperasikan jasa ini biasanya mengalokasikan sumberdaya yang sedikit
pada servernya untuk satuan pengguna, dimana hal ini secara serius
mengurangi kualitas panggilan.